Sunday, November 13, 2011

Review: Oidipus Sang Raja

Penulis         : Sophokles
Penerjemah : Rendra
Penerbit       : Pustaka Jaya
Terbit           : 2009
Tebal            : 146 hlm


Buku drama? Oh tidak…langsung itu reaksi  yang keluar saat sekilas melihat isi buku ini. Tapi setelah membaca lembar pertama, lalu lembar kedua…eh kok akunya yang malah nggak bisa berhenti. Konfliknya seru, itu yang jadi alasan utama.

Oidipus Sang Raja, adalah sebuah drama berbentuk ode tentang bergenre Tragedi Yunani Kuno. Oidupus Raja Negeri Thebes adalah seorang pemimpin yang pandai, bertanggung jawab dan memperhatikan keberadaan rakyatnya. Menemui rakyatnya yang datang mengadu karena bencana tidak berkesudahan yang melanda negeri mereka, Oidupus menjawah kesah mereka dan berusaha mencarikan jalan keluar. Oidipus pernah memecahkan teka-teki Sphinx sehingga bisa menyelamatkan negara mereka, sehingga ia sekarang Raja Thebes, yang memerintah bersama sang permaisuri, Jocasta . Dan sang pendeta yang mewakili rakyat mengingatkan, sehendaknya begitulah pula ia dapat menyelamatkan negeri ini untuk kedua kalinya.


Oidipus pun mulai merunu kejadian mencari sebab musabab bencana yang menimpa negerinya.

"Baiklah! Akan kukejar jejaknya
dari mula pertama.
Akan kulunasi keadilan demi Dewa,
demi rakyat dan demi yang wafat.
Akan kaulihat aku memburu sang durjana
demi Apollo dan demi Thebes negeri kita."


Iapun mengutus Creon, adik iparnya untuk bertanya pada Dewa Apollo, dan akhirnya jawabanpun didapat: semua malapetaka terjadi akibat pembunuhan Laius, Raja Thebes terdahulu, yang belum terungkap  yang menurut kabar dibunuh oleh sekawanan penyamun. Maka Oidipus pun, di depan seluruh rakyat bersumpah akan menemukan pembunuhnya dan menghukum dengan mengasingkannya dari Thebes.

Penyelidikan dilakukan, didatangkanlah seorang Pendeta agung bernama Teirisias yang diduga mengetahui rahasia ini. Karena berbahayanya fakta yang ia ketahui, Teirisias menolak membeberkan jati diri sang pembunuh, namun karena sang raja mendesak, akhirnya ia mengatakan bahwa sang pembawa bencana atau pembunuh itu tidak lain adalah Oidipus sendiri. Marah meraja dan iapun menuduh sang pendeta bersekongkol dengan Creon untuk menggulingkan tahtanya.

Jocasta sang permaisuri yang dahulunya adalah istri Raja Thebes yang terbunuh ikut angkat bicara. Ia pun menenangkan Oidipus dan memberikan serentetan fakta. Bahwa dahulu suaminya mendengarkan Apollo bersabda bahwa ia akan dibunuh oleh puteranya sendiri. Namun menurut keterangan ia malah dibunuh oleh sekawanan penyamun. Lagipula puteranya mereka saat berumur tiga hari sudah dibuang ke hutan dengan dipaku kedua kakinya, jadi tidak mungkin Oidupuslah pembunuhnya.

Namun Oidipus tidak serta merta senang, ia justru menceritakan kisah pribadinya. Ia yang dulunya adalah putera mahkota kerajaan Corintha, seorang pemabuk mengejeknya mengatakan bahwa ia bukan putera raja, dan iapun melarikan diri.
Ia bertanya pada Apollpo dan justru mendapatkan nujuman bahwa ia akan membunuh ayahnya dan mengawini ibu kandungnya. Maka dari itulah ia semakin tidak ingin kembali ke Corintha. Dan malangnya saat berada di desa Pochis, persimpangan jalan menuju Delphi ia membunuh seorang laki-laki tua yang menaiki kereta yang menghadangnya.

Dan jika ia bukanlah putera kerajaan Corintha, maka ia putera siapa? Siapa ayah dan ibunya? Lalu siapa pembunuh Raja Thebes terdahulu, sekawanan penyamun atau dirinya?

Saksi kunci dihadirkan, dia adalah seorang gembala yang akhirnya mengungkap semuanya. Tragedi yang tidak terperikan, bahwa semua tuduhan itu adalah benar, bahwa ia, Oidipus Sang Raja telah membunuh ayah kandungnya, mengawini ibu kandungnya dan mendapatkan keturunan darinya.

Kini tak ada duka melebihi dukamu.
Tanpa ampun derita melanda dirimu,
Mengkhianati bahagiamu yang dulu.
O. Oidipus, alangkah malangnya sejarahmu!
Ayah dan anak satu perahu.
Ayah dan anak menancap bajak di sawah satu.
Wahai kenapa sawahnya diam saja?



Kesedihan, tragedi, menimpa, tapi Oidipus tidak melupakan sumpah yang justru 
harus ia. Ia menusuk kedua matanya hingga buta, dan meminta dirinya dibuang dari istana. Lalu bagaimana nasib istri yang juga sekaligus ibu kandungnya. Juga bagaimana nasib kedua anak perempuannya?


Tidak disangka, drama ini bisa membuat aku justru ketagihan dan tidak berhenti melahap lembar demi lembarnya. Apalagi puisi yang diterjemahkan sangat enak dibaca, rima yang terjaga, sehingga artinya tetap sampai dan keindahannya tetap elok terjaga. Salut untuk almarhum Rendra.

 

Sophokles (497/496/495 SM  406/205 SM) adalah seorang penulis Yunani Kuno yang telah menulis sebanyak 123 drama. Hanya 7 dramanya yang selamat dengan utuh. Sophokles adalah penulis kisahtragedi terbesar kedua dari 3 orang dalam kategori tersebut di Yunani Kuno, lainnya adalah Aeskhilusdan Euripides.

Oidipus Sang Raja (Yunani kuno: Οδίπους Τύραννος Oidipous Tyrannos), juga dikenal dengan judul Latinnya, Oedipus Rex, adalah drama tragedi Athena gubahan Sofokles. Drama ini pertama kali dipentaskan pada tahun 429 SM.[1] Dari tiga drama Thebes yang dibuat oleh Sofokles, drama ini adalah drama kedua yang dia buat, namun secara kronologis, drama ini adalah cerita pertama, diikuti oleh Oidipus di Kolonos dan Antigone. Selama berabad-abad, drama ini oleh banyak orang dianggap sebagai salah satu drama tragedi Yunani terbaik

Penting:
Review ini dibuat atas inisitaif rekan-rekan BBI untuk SavePustakaJaya yang berada diambang kebangkrutan. Pustaka Jaya banyak menerbitkan buku-buku klasik dari penulis dunia seperti Fyodor Dostoyevsky, Leo Tolstoy, Mark Twain, Ivan Turgenev dll. Yuk beli dan baca buku Pustaka Jaya sehingga karya-karya sastrawan besar dunia tetap bisa kita nikmati bersama. @nick.

Monday, October 31, 2011




SWEET MISFORTUNE
Judul Indonesia  :    Cinta dalam Kue Ke(tidak)beruntungan 
Penulis                  :    Kevin Alan Milne
Penerjemah         :    Harisa Permatasari
Penerbit                :    Qanita
Cetakan                :    I, Juli 2011
Tebal                     :    456 hal


Some people are lucky in love...you aren’t one of them

Ketika memutuskan membaca Sweet Misfortune, saya berharap akan menemukan taburan pelajaran hidup seperti saat menikmakti buku Alan Milne sebelumnya yang berjudul The Nine Lessons. Membuka halaman pertama saya tersenyum mendapati kutipan di atas, “Some people are lucky in love, you aren’t one of them” dan spontan saya menjawab dalam hati, “Yes, you right,” dan membuat semakin bersemangat menapaki lembar demi lembar halamannya.

Mengikuti tokoh Sophie Jones, seorang perempuan yang sudah tidak lagi mengenal kata bahagia akibat berbagai peristiwa menyangkut hati yang ia lalui, mulai dari kehilangan orangtua pada ulang tahunnya yang kesembilan hingga dicampakkan oleh tunangannya. No more happiness, begitulah kira-kira, yang akhirnya membuat Sophie menjadi pribadi yang pesimis. Kepesimisannya ditumpahkan carikan-carikan kertas kue ke-tidak-beruntungan atau misfortune cookies yang (lazimnya ada di restoran Cina) yang dijual di toko cokelat miliknya, dan ternyata laku keras!

Awalnya saya tidak suka dengan tokoh Sophie yang pesimis, memandang kehidupan di balik tirai kesedihan. Namun ketika mencermati kisah hidup dan carikan-carikan kertas pada misfortune cookies yang merupakan luapan kesedihannya itulah yang membuat saya jusru mulai suka dengan sosok ini. Dan ternyata dia tidak seperti yang saya kira  :)

Garrett Black, bekas tunangan yang mencampakkannya begitu saja dan punya andil dalam semua penderitaan hidup Sophie, tiba-tiba muncul dan memohon untuk kembali padanya. Bisa ditebak, Sophie menolak mentah-mentah. Namun Garrett terus memohon sehingga akhirnya membuat Sophie mengajukan tantangan bahwa laki-laki itu harus membuktikan bahwa kebahagiaan sejati memang ada. Aneh?

“Dicari: Kebahagiaan. Hanya kebahagiaan yang bertahan lama. Bukan yang hanya bertahan sementara,” adalah penggalan iklan yang dipasang yang sedikit membuat saya tersenyum. Sosok laki-laki yang sangat disukai perempuan dan tidak butuh waktu lama untuk menyukai pria yang kembali kehidupan Sophie ini. Sikap dan perbuatan yang ia lakukan untuk menyakinkan Sophie bahwa kebahagian dalam hidup memang benar ada itulah yang membuat saya menyukai sosok ini, disamping untai kata-kata romantis yang bikin sebagian perempuan terbang (dan itu bukan saya pastinya). Sosok yang begitu spesial dan tidak tergantikan, sampai dalam buku ini Sophie berucap "...Lelaki sepertimu hanya datang satu kali saat bulan berwarna biru" (h.164) Bener khan. J

Novel bergenre romantic yang jadi pilihan bacaan saya kali ini…benar-benar membuat saya sering menganggukkan kepala Nyonya  said to my self, “bener juga ya,” sembari tersenyum dan bahkan terharu dan menangis saat membaca surat-surat yang ada dalam buku ini. Lebay…nggak juga ah, hanya saja ada bagian-bagian yang pass banget dengan kondisi kehidupan pribadi saat ini hehehe.

  Awalnya agak curiga juga dengan buku ini, jangan-jangan seperti chicken soup atau malah kata-katanya terlaluberbunga-bunga mengingat genrenya, atau kisah cinta yang bertele-tele… dan ternyata tidak saudara-saudara (kok jadi iklan ya). Buku ini cocok buat yang sedang galau..bingung dengan kisah cintanya, dan mereka yang suka Bahasanya yang ringan namun sarat dengan pesan-pesan kehidupan adalah salah satu nilai plusnya, dan realistis.
Kevin A. Milne memang piawai memasukkan pelajaran-pelajaran hidup dalam potongan-potongan tulisannya, dan justru itulah yang menjadikan buku ini lebih dari sekedar novel, 4 bintang buat buku ini. @nick.

 Sekedar kuis buat kalian semua, perhatikan gambar ini...Apakah kalian seperti Sophie??? Cari tahu jawabannya sendiri :) 

Review yang telat dari deadline beberapa jam. Maafkan diriku ya sobat BBI :)

Tuesday, August 23, 2011

*Review* The Nine Lessons, Novel tentang Cinta, Keluarga dan Kesempatan Kedua




Judul  Asli     : The Nine Lessons
Penulis          : Kevin A. Milne
Penerbit        : Qanita (Mizan)
Penerjemah   : Maria Renata Wilson Perdana
Terbit           : Mei 2011
Tebal            : 323 halaman
Harga           : Rp. 45.000 (sekarang diskon jadi Rp. 38.500)

Ini bukan novel biasa, dan saya malah menolak jika novel ini disebut novel romance melainkan lebih tepatnya disebut novel drama keluarga, dan bahkan ini adalah buku wajib bagi setiap ayah dan calon ayah.

Augusta Witte, peran sentral dari novel ini adalah seorang dokter hewan yang sudah menjalani pernikahan selama tujuh tahun bersama istrinya Erin. Apakah mereka tidak ingin memiliki anak dalam rentang pernikahan selama itu? Jawabannya adalah ya dan tidak. Erin, sang istri sangat menginginkan kehadiran seorang anak sementara Augusta berusaha sebisa mungkin menunda keinginan itu karena ia tidak ingin menjadi ayah yang buruk bagi anaknya kelak. Dengan sabar Erin tahun demi tahun mengajukan permintaannya ini dan terus ditepis oleh suaminya. Hingga suatu ketika ia melihat hasil uji tes kehamilan yang menyatakan bahwa ia hamil. Dan ketakutan menjadi seorang ayah kembali melandanya.

Augusta yang merasa tidak siap dan tidak tahu menahu bagaimana menjadi seorang ayah yang baik, mendatangi ayahnya, London Witte, di tengah malam buta dan menumpahkan amarahnya atas semua kenangan buruk yang ia miliki tentang hubungan ayah dan anak. Tidak ada kenangan manis akan hubungan diantara mereka inilah yang membuat Augusta membenci London, apalagi sepeninggal ibunya akibat kanker tenggorokan saat ia berusia lima tahun. Ia bahkan tidak begitu mengenal sosok ibu yang telah melahirkan dirinya. Yang ia tahu ayahnya hanya disibukkan dengan permainan golf.

London Witte berusaha menebus kembali kesalahan akan hubungannya yang tidak harmonis dengan Augusta, yang tentunya sedikit banyak mendapatkan cemooh dari sang anak. “ 
Augusta setuju untuk menerima sembilan pelajaran tentang golf yang dilakukan satu bulan sekali selama sembilan bulan. Dan sebagai imbalan ia akan menerima setumpuk kartu skor golf yang berisikan kenangan mengenai ibunya, Jessalyn. Yang menarik adalah bagaimana cara London bagaimana konsistennya London terhadap golf  dan bagaimana ia mengajarkan filosofi hidup pada saat bersamaan dengan cara santai yang membuat Augusta mau tak mau menerima kebenarannya. Pada saat bersamaan Augusta pun mendapatkan gambaran mengenai ibunya dan melihat hal lain serta tumbuhnya ikatan antara ia ayahnya yang selama ini tidak pernah ia lihat.

Salah satu kutipan menarik di halaman 68 yang sedikit menyentil saya adalah, “…menjadi ayah itu adalah hal yang menakutkan bagi semua orang! Intinya adalah, tak pernah ada orang yang siap menjadi orangtua dan tak ada orang yang menjadi orangtua yang sempurna. Jika seorang ayah berharap untuk berdiri dan memukul hole in one dari awal dalam mendidik anaknya, ia mengharapkan hal yang mustahil.”

Pada awal membaca halaman-halaman pertama, kening saya mau tak mau berkerut dengan bertaburannya istilah mengenai permainan golf yang sama sekali awam bagi saya. Namun seiring jalan cerita, jujur saja, saya mengabaikan istilah-istilah itu dan kagum bagaimana Kevin, yang menyandang gelar Bachelor of Science dalam bidang psikologi ini, begitu piawai menganalogikan “kehidupan golf” dengan “fisolosi hidup” di dunia nyata.

Sebuah novel berbeda, yang diambil dari sudut pandang seorang laki-laki, dengan menggambarkan kepribadian laki-laki secara utuh. Meski secara pribadi saya  kurang sreg dengan cover novel yang kurang menggambarkan inti cerita, tapi lagi-lagi saya mengatakan bahwa ini adalah bacaan wajib kaum laki-laki. @nik-11.

http://kaifa.mizan.com/index.php?fuseaction=buku_full&id=3715 
Info diskon, silahkan langsung klik 

Sunday, August 21, 2011

Surpressed Invention & Other Discoveries




Surpressed Invention & Other Discoveries
Kisah Nyata Penyembunyian Ilmu Pengetahuan & Pemusnahan 
Temuan Brilian Lainnya
Karya:Jonathan Eisen

Penerjemah: Anik Soemarni
Kategori: Isu Baru
ISBN: 978-602-8801-12-6
Ukuran: 15 X 23 cm, SC
Halaman: 604 hlm
Harga: Rp. 125.000 



SINOPSIS


Seorang peneliti yang menemukan penyembuhan revolusioner untuk AIDS, telah dipenjara tanpa sebab. Artefak-artefak berharga menghilang secara misterius di institusi arkeologi terkenal dengan alasan salah tempat. Tiga orang astronot tewas dalam sebuah kebakaran mencurigakan setelah menyuarakan kritik terhadap program luar angkasa Amerika. Akan tetapi, sebuah agensi terkuat dunia dengan mudahnya menganggap semua itu hanyalah teori konspirasi. Mereka pun menguburnya dalam bank data.

Buku ini mengungkap bukti-bukti menakjubkan yang dibuat demi kepentingan perusahaan, keangkuhan pengetahuan, dan kekuatan politik untuk membatasi pengetahuan kita akan berbagai terobosan teknologi yang mungkin bisa menggeser keseimbangan kekuatan dunia saat ini. Jelas bahwa kini kita kekurangan informasi terpenting. Buku ini merupakan sebuah usaha berani—teramat penting—guna memberi pengetahuan kepada diri kita sendiri. Ingat, masa depan kita bergantung kepada semua ini!



REVIEW


“Buku Konspirasi paling meyakinkan abad ini.”
—Publisher Weekly

“Kita selalu diingatkan oleh pepatah tua, ‘Di mana ada asap, di situ ada api.’ Setelah membaca buku ini, Anda akan tahu bahwa kini angkasa sudah dipenuhi asap!”
—Amazon.com

“Hasil pengumpulan data dalam buku ini merupakan salah satu yang mencengangkan.”
—Barnes & Nobel


link: http://www.ufukpress.com/modules.php?name=Katalog&op=tampilbuku&bid=203
Pemesanan : Kartu Diskon Ufuk
http://www.facebook.com/profile.php?id=100000168468628&ref=search
Judul : I Feel Bad About My NeckPenulis: Nora Ephron
Penerjemah: Anik Soemarni

Penerbit: Dastan Books


Usia adalah jejak waktu. Semakin bertambah usia, semakin banyak juga jejak waktu yang tertinggal pada tubuh kita. Rambut yang memutih karena uban, kulit yang berkerut dan banyak perubahan-perubahan fisikal lainnya.

Bagi sebagian besar manusia (khususnya kaum perempuan) yang notabene mengutamakan performa dan penampilan, jejak waktu ini adalah momok tersendiri yang cukup memusingkan. Itu sebabnya segala upaya untuk menghilangkan jejak tersebut selalu dilakukan.

Membubuhkan make up pada wajah adalah upaya menyembunyikan kerut penuaan di bagian bawah mata, pewarna rambut adalah upaya untuk menyamarkan uban, suntik kolagen, botox serta restylane sebagai upaya menghilangkan kerutan dan lipatan pada kulit wajah. Namun akhirnya segala upaya tersebut harus berhenti pada saat mereka harus berhadapan dengan leher.

Sang penulis buku ini, Nora Ephron secara berkelakar, jenaka, berani, jujur, segar dan menghibur berhasil menuliskan tentang betapa putus asanya kaum perempuan dalam menghadapi musuh dalam selimut bagi penampilan mereka ini yaitu leher.

“Oh, leher-leher ini. Ada yang seperti leher ayam. Ada yang seperti leher kalkun jantan. Ada yang seperti leher gajah. Ada leher dengan kerutan dan lipatan-lipatan yang akan menjadi kerutan nantinya. Ada leher kurus dan gemuk, leher lentur, leher berkerut, leher nerlipat, leher keriput, leher berserat, leher kendur, leher berlemak, leher bintik-bintik. Ada leher kombinasi yang menakjubkan dari semua jenis leher yang disebutkan di atas. Menurut dokter kulitku, leher akan mulai berubah bentuk pada saat kita berumur empat puluh tahun, dan berakhirlah sudah.”(hal.13).

Dengan gaya bahasa yang enteng, Nora mampu menuliskan pertanyaan retoris tentang apa yang tak bisa kita lakukan pada leher kita. Kita bisa mewarnai rambut, mengencangkan kulit wajah, menambah implan, atau melakukan sedot lemak. Tapi leher? Leher wanita tak bisa bohong. Tidak ada yang bisa kita lakukan pada leher kita.

Secara putus asa namun penuh dengan kejenakaan, Nora mengeluhkan sang leher yang tak bisa dinamipulasi. “Leher-leher kita bicara jujur. Kita harus membelah pohon redwood untuk melihat seberapa tuanya ia, namun kita tidak perlu melakukan itu jika pohon tersebut punya leher,” begitu ditulisnya pada halaman 14 buku ini dengan simbolisasi yang kocak.

Untuk menelanjangi habis-habisan mengenai masalah leher tersebut, Nora tak enggan untuk berbagi temuannya yang mengundang geli. Misalnya temuannya untuk membuat kita merasa tertekan dengan kondisi leher kita.

“…duduklah di kursi belakang mobil, tepat di belakang sopir, dan lihat dirimu di kaca spion dalam mobil. Ada apa dengan kaca-kaca itu? Aku sendiri tidak tahu, namun tak ada cermin lain yang lebih buruk yang bisa menunjukkan bentuk leher kita yang begitu memprihatinkan. Ini salah satu misteri kehidupan modern, sama seperti mengapa air dingin di kamar mandi lebih dingin dibandingkan dengan air dingin yang ada di dapur.”(hal.16).

Meskipun mengungkapkan tentang ketidakberdayaan dan keputusasaan namun tulisan dalam buku ini benar-benar membuktikan bahwa Nora adalah penulis yang sangat berbakat. Dia tak hanya mengeksplorasi kejujuran semata tapi mampu menampilkan temuan-temuan sederhana yang membuat tulisannya menjadi unik dan sangat menarik.

Memberdayakan keluguan yang menghibur dan menyulap hal-hal sepele menjadi sangat berarti. Tak hanya berhenti pada masalah leher, buku ini juga mampu mengungkap musuh-musuh dalam selimut perempuan yang lainnya seperti masalah tas perempuan yang kerap menjadi gudang tenteng, perawatan kuku yang konyol, rambut dan bulu kulit yang menyita kesibukan, masalah memasak, masalah kaca mata baca dan terakhir adalah masalah serius mengenai tahapan-tahapan menjadi orang tua.

Kepiawaian Nora sebagai sutradara, produser, penulis skenario film, serta novelis yang berhasil menelurkan karya-karya seperti “You’ve Got Mail”, “Sleepless in Seattle”, dan juga “When Harry Met Sally” benar-benar tercermin pada tulisan di buku ini yang akhirnya mampu membuat kita terhipnotis dan mengakui kecerdasannya yang memang pantas diacungi dua jempol. (*)


Deadly Triangle


Deadly Triangle

Lewis Perdue
Dastanbooks, Pustaka Zahra
Fiction 


The New York Times & USA Today Bestseller
Novel yang menginspirasi penulisan The Da Vinci Code (Dan Brown)

Pemalsuan dokumen-dokumen Leonardo Da Vinci terungkap. Satu demi satu pakar Da Vinci ditemukan tewas. Pembunuhan terhadap Sri Paus coba dilakukan. Dokumen-dokumen asli Da Vinci diperkirakan memuat rahasia penemuan besar yang bisa mengubah dunia untuk selamanya. Bersama dengan The Elect Brothers—kelompok biarawan keturunan St. Peter—Rusia, Nazi, dan Vatikan terlibat dalam perseteruan memperebutkannya…

Vance Erikson, salah seorang pakar Da Vinci terkemuka, mendeteksi bahwa halaman dokumen Da Vinci telah dipalsukan. Pertanyaannya: Apa yang terdapat pada dokumen aslinya? Setelah mengungkap pemalsuan ini, hidup Vance langsung berubah drastis. Ia menjadi target pembunuhan!

Pencarian Vance akan dokumen-dokumen asli Da Vinci membawanya sampai ke Italia, di mana ia mencium keberadaan skandal konspirasi besar: Perebutan status Gereja Sejati dan penggulingan kedudukan Sri Paus serta struktur Vatikan yang ada sekarang.

Di Italia Vance menemukan keterkaitan antara The Elect Brothers, Rusia, Nazi, dan Vatikan dalam perseteruan memperebutkan rahasia Da Vinci. Nasib dan masa depan dunia tergantung pada pihak mana yang berhasil menguasainya. 

Female Undercover


Female Undercover
Dastanbooks, Pustaka Zahra
Norah Vincent
Non-Fiction 



Dengan modal potongan rambut pendek, kacamata, bulu wajah dan penis palsu, serta setelan lelaki, selama satu setengah tahun Norah Vincent—seorang jurnalis yang lesbian—berubah menjadi lelaki. Tanpa ketahuan! Selama delapan belas bulan itu Norah mengganti namanya menjadi Ned dan berusaha menjadi “lelaki sejati”. Ned melakukan segala macam aktivitas lelaki: dengan liga boling khusus lelaki, kencan dengan para wanita, bekerja sebagai salesman dari-pintu-ke-pintu, nongkrong di klub-klub striptease, bahkan tinggal di biara selama tiga minggu!

Buku ini lucu sekaligus serius, cerdas sekaligus menghibur, dan tidak dimaksudkan untuk “menampar” kaum lelaki. Baik perempuan maupun lelaki sama-sama bisa menikmati petualangan Norah yang menghebohkan ini. Salah satu kesimpulan Norah dalam buku ini adalah: sulit menjadi seorang lelaki dengan segala tuntutan dan konsepsi budaya yang begitu mengungkung.

Petualangan ini begitu mengagumkan dan memprovokasi pikiran. Namun Norah harus membayar mahal totalitasnya: setelah satu setengah tahun mengendalikan emosinya sebagai seorang “lelaki”, ia harus mengalami gangguan emosional usai petualangannya itu!

SUSUK


Susuk, Amir Hafizi
Ufuk Publishing House
Novel

Soraya adalah seorang gadis yang bekerja sebagai seorang perawat di sebuah rumah perawatan orang jompo. Ia memiliki bakat menyanyi, tapi sayang tidak memiliki kesempatan untuk menyalurkan bakatnya.

Soraya sedang menghadapi banyak masalah, di tempat kerja ia sering menjadi sasaran kemarahan bos nya, hubungannya dengan Kamal juga sedang tidak harmonis, sementara ia juga ikut tertekan karena Sofia kakaknya sering mengalami penyiksaan oleh Farish suaminya sendiri.

Satu saat Soraya mendapat kesempatan bertemu dengan penyanyi terkenal Rozana di belakang panggung suatu konser musik. Dengan pengalamannya sebagai perawat ia sempat menolong Mona, penyanyi tenar lain yang menjadi teman duet Rozana, yang tiba-tiba pingsan. Sejak itu Soraya berteman dengan Rozana.

Rozana akhirnya mengaku terus terang kepada Soraya bahwa keberhasilannya bukan murni hasil dari bakat dan kerja keras. Rozana memakai susuk yang secara gaib merubah penampilan dan suaranya sehingga memikat banyak orang. Rozana mengajak Soraya ke Bomoh Effendi, dukun yang membantunya memasang susuk. Soraya yang sedang ingin bisa menyelesaikan semua kekalutan hidupnya pun bimbang, antara tetap bertahan dengan kehidupannya yang penuh kesulitan atau mengikuti jejak Rozana.

Secara paralel novel ini juga berkisah tentang Suzanna, seorang penyanyi wanita yang tengah menguasai khasanah musik Malaysia dalam lima tahun terakhir. Kecantikannya, kemolekannya dan keindahan suaranya membuat semua orang tersihir. Dan, ya, itu semua juga berkat susuk yang tertanam dalam tubuhnya.


Mereka yang memasang susuk pada tubuhnya memiliki pantangan-pantangan besar yang tidak boleh dilanggar. Antara lain tidak boleh berjalan di bawah jemuran pakaian, dan tidak boleh menyeberangi aliran sungai pada siang hari. Jika ini dilanggar susuk yang terpasang malah akan memberikan efek yang sebaliknya. Penuaan dalam waktu cepat.

Suzanna telah terlambat menyadari saat ia melanggar salah satu pantangan. Dan satu-satunya cara untuk menolak efek penuaan cepat yang akan dihadapinya adalah ia harus segera mengambil kecantikan gadis lain...

LOVE IN A TORN LAND



LOVE IN A TORN LAND, Jean P. Sasson
Ufuk Publishing House
Non-Fiction

“Kau ada dalam setiap halaman yang kubaca Dalam setiap kata yang kutulis Semua burung menyenandungkan namamu. Aku tidak berarti tanpa kehadiranmu.”

Ketika Joanna al-Askari membaca kata-kata indah yang ditulis oleh laki-laki yang dicintainya ini, sedikit hal yang ia ketahui mengenai kebahagiaan—dan tantangan—yang akan menantinya saat ia menikahi Sarbast dan ikut bergabung dalam perjuangan untuk meraih kemerdekaan bangsanya.

Ini adalah kisah cinta yang luar biasa. Penulis bestseller Trilogy Princess, Jean Sasson, menceritakan petualangan pribadi Joanna tentang ketakutan dan ketabahan semenjak masa kecilnya di Baghdad dan hidup sebagai seorang pejuang kemerdekaan selama Perang Iran-Irak. Dari ancaman petugas-petugas patroli Irak dan serangan-serangan gas kimia dan pengeboman, Joanna mengungkapkan bagaimana ia dan suaminya selamat dari bahaya fisik yang ekstrim saat mereka berhasil melintasi pegunungan Kurdistan yang penuh bahaya dan desa-desa yang terkepung pasukan Irak untuk mencari keselamatan sementara di Iran.

Menginspirasi dan tidak terlupakan, Love in a Torn Land menceritakan gairah dan kebulatan tekad Joanna yang tak kunjung padam untuk selamat dan berjuang—demi cinta, kehidupan, dan kemerdekaan bangsanya yang ia cintai.